Assalamu"alaikum Wr.Wb.
Paguyuban Sekarjagad sebelumnya adalah Padepokan Sekarjagad, Padepokan Sekarjagad dibentuk di Sragen Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 2005 oleh dua bersaudara, yaitu Sidharto Haryo Pusoro (Satrio Lelono) dan Agung Dwi Utomo (Ki Sapta Geni). Sedangkan berganti menjadi Paguyuban Sekarjagad pada tanggal 15 Januari 2015 tepatnya 10th kemudian.
Sedari kecil hidup di kalangan dukun karena memang eyang dan bapaknya adalah dukun Jawa yang ber aliran kejawen, sampai saat ini dukun2 Lamongan dikenal ampuh dan sakti. Meski demikian sejak kecil sudah aktif ke masjid untuk belajar agama Islam, sholat dan mengaji atas desakan ibunya muslim.
Ketika menginjak SMA, eyang kakung dan eyang putri yg dipanggil sebagai Pak Guru oleh masyarakat (karena latar belakangnya sebagai guru sekolah) mulai menurunkan ilmunya sedikit demi sedikit, berbasis kejawen Sapto Dharmo yakni bagaimana manusia (Hyang moho Suci) berhubungan dengan Tuhan (Hyang Moho Kuoso) untuk mendapat petunjuk baik melalui gerak roso atau mendapat wangsit untuk menolong orang, puncak pelajaran ilmu Jawa dibimbing oleh Eyang Hardjo yang merupakan teman seperjalanan Eyang dan juga merupakan guru bapak, segala macam ritual, ajian dan japa mantra diajarkan karena dianggap sebagai generasi penerus ilmu keluarga.
Usia 20th kuliah di Semarang, dilingkungan baru dimana banyak teman muslim, disana mulai tertarik untuk kembali mendalami agama Islam, dan melalui beberapa ulama mulai dikenalkan dengan amalan2 serta belajar berbagai ilmu kanuragan berbasis dzikir wirid. Sejak itulah keinginan untuk mendalami ilmu Islam begitu kuat hingga bergabung ke berbagai perguruan berbasis Islam. Setelah bekerja dan menikah, pencarian ilmu tidak surut, istri mendukung karena sejak awal memahami kalau senang berguru. Usia menginjak 30th merupakan titik balik kedua, itu bermula ketika suatu malam bermimpi melihat rasulullah dan 2 sahabat beliau berjalan menuju goa, di dalamnya ada musholla dari pualam, dimana disitu duduk orang tua berjubah dan bersorban putih (Yang dikemudian hari saya kenal sebagai Eyang Sekarjagad).
Karena mendapat mimpi aneh, maka bergegas menuju salah satu kyai sepuh, disana seluruh tubuh yang berkeringat diciumi, dari ujung kaki sampai ujung rambut, begitu selesai beliau berkata “Kamu sudah menemukan guru yang jauh lebih hebat dari saya, tidak ada lagi yang bisa saya ajarkan”. Sejak saat itu, ke kyai manapun hanya diajak bersalaman dan tidak ada yang mau mengajarkan ilmunya. Naluri untuk menolong orang lain mulai timbul, karena image dukun saat itu kurang baik di masyarakat, maka perlu tampilan yang lebih bisa diterima yaitu sebagai tabib, maka untuk mendukung profesi tersebut belajarlah berbagai macam ilmu pengobatan alternative tradisional Indonesia, pengobatan berbasis Islam sampai pengobatan tradisoinil China seperti akupunktur, sin she, bekam dsb.
Membuka praktek pengobatan tidak berlangsung lama, karena ada yang masih kurang, ada ilmu yang belum dikuasai, yakni banyak menemui penyakit atau gangguan yang tidak terdeteksi secara medis, melalui ilmu spiritual yang pernah dipelajari bisa diketahui kalau itu ganguan non medis atau gangguan mahluk ghaib. Hal itulah yang menghentikan praktek tabib, dan bertekad untuk menguasai pengobatan non medis atau terkena gangguan ghaib.
Maka perjalanan mencari ilmu mulai bergeser, yang dicari adalah sesepuh2 atau orang2 pintar untuk di timba ilmunya, tidak lagi mengkhususkan pada beliau yang muslim karena memang ilmu ini kebanyakan dikuasai oleh golongan tertentu. Dipejalanan inilah mulai bersama2 dengan Ki Sapta Geni, tidak ada guru yang memuaskan, tidak ada guru yang betul2 bisa mengajarkan cara berinteraksi dengan damai dengan ghaib. Maka berbekal pengalaman masing2, kami mulai menjelajah berbagai tempat untuk menemukan yang kami cari, disanalah akhirnya kami dibimbing oleh guru2 ghaib, diantaranya Eyang Sekarjagad.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Paguyuban Sekarjagad sebelumnya adalah Padepokan Sekarjagad, Padepokan Sekarjagad dibentuk di Sragen Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 2005 oleh dua bersaudara, yaitu Sidharto Haryo Pusoro (Satrio Lelono) dan Agung Dwi Utomo (Ki Sapta Geni). Sedangkan berganti menjadi Paguyuban Sekarjagad pada tanggal 15 Januari 2015 tepatnya 10th kemudian.
Sedari kecil hidup di kalangan dukun karena memang eyang dan bapaknya adalah dukun Jawa yang ber aliran kejawen, sampai saat ini dukun2 Lamongan dikenal ampuh dan sakti. Meski demikian sejak kecil sudah aktif ke masjid untuk belajar agama Islam, sholat dan mengaji atas desakan ibunya muslim.
Ketika menginjak SMA, eyang kakung dan eyang putri yg dipanggil sebagai Pak Guru oleh masyarakat (karena latar belakangnya sebagai guru sekolah) mulai menurunkan ilmunya sedikit demi sedikit, berbasis kejawen Sapto Dharmo yakni bagaimana manusia (Hyang moho Suci) berhubungan dengan Tuhan (Hyang Moho Kuoso) untuk mendapat petunjuk baik melalui gerak roso atau mendapat wangsit untuk menolong orang, puncak pelajaran ilmu Jawa dibimbing oleh Eyang Hardjo yang merupakan teman seperjalanan Eyang dan juga merupakan guru bapak, segala macam ritual, ajian dan japa mantra diajarkan karena dianggap sebagai generasi penerus ilmu keluarga.
Usia 20th kuliah di Semarang, dilingkungan baru dimana banyak teman muslim, disana mulai tertarik untuk kembali mendalami agama Islam, dan melalui beberapa ulama mulai dikenalkan dengan amalan2 serta belajar berbagai ilmu kanuragan berbasis dzikir wirid. Sejak itulah keinginan untuk mendalami ilmu Islam begitu kuat hingga bergabung ke berbagai perguruan berbasis Islam. Setelah bekerja dan menikah, pencarian ilmu tidak surut, istri mendukung karena sejak awal memahami kalau senang berguru. Usia menginjak 30th merupakan titik balik kedua, itu bermula ketika suatu malam bermimpi melihat rasulullah dan 2 sahabat beliau berjalan menuju goa, di dalamnya ada musholla dari pualam, dimana disitu duduk orang tua berjubah dan bersorban putih (Yang dikemudian hari saya kenal sebagai Eyang Sekarjagad).
Karena mendapat mimpi aneh, maka bergegas menuju salah satu kyai sepuh, disana seluruh tubuh yang berkeringat diciumi, dari ujung kaki sampai ujung rambut, begitu selesai beliau berkata “Kamu sudah menemukan guru yang jauh lebih hebat dari saya, tidak ada lagi yang bisa saya ajarkan”. Sejak saat itu, ke kyai manapun hanya diajak bersalaman dan tidak ada yang mau mengajarkan ilmunya. Naluri untuk menolong orang lain mulai timbul, karena image dukun saat itu kurang baik di masyarakat, maka perlu tampilan yang lebih bisa diterima yaitu sebagai tabib, maka untuk mendukung profesi tersebut belajarlah berbagai macam ilmu pengobatan alternative tradisional Indonesia, pengobatan berbasis Islam sampai pengobatan tradisoinil China seperti akupunktur, sin she, bekam dsb.
Membuka praktek pengobatan tidak berlangsung lama, karena ada yang masih kurang, ada ilmu yang belum dikuasai, yakni banyak menemui penyakit atau gangguan yang tidak terdeteksi secara medis, melalui ilmu spiritual yang pernah dipelajari bisa diketahui kalau itu ganguan non medis atau gangguan mahluk ghaib. Hal itulah yang menghentikan praktek tabib, dan bertekad untuk menguasai pengobatan non medis atau terkena gangguan ghaib.
Maka perjalanan mencari ilmu mulai bergeser, yang dicari adalah sesepuh2 atau orang2 pintar untuk di timba ilmunya, tidak lagi mengkhususkan pada beliau yang muslim karena memang ilmu ini kebanyakan dikuasai oleh golongan tertentu. Dipejalanan inilah mulai bersama2 dengan Ki Sapta Geni, tidak ada guru yang memuaskan, tidak ada guru yang betul2 bisa mengajarkan cara berinteraksi dengan damai dengan ghaib. Maka berbekal pengalaman masing2, kami mulai menjelajah berbagai tempat untuk menemukan yang kami cari, disanalah akhirnya kami dibimbing oleh guru2 ghaib, diantaranya Eyang Sekarjagad.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Pendiri
Reviewed by Unknown
on
1/30/2016
Rating:
Tidak ada komentar: